Our Media

Set in Central Kalimantan during the dry season, Smoldering explores the friendship between Elin and Bunga, two high school girls navigating adolescence. Elin, a Dayak girl, aspires to leave her village and pursue her dreams. Conversely, for Bunga, who has recently moved from Bandung, the village is a new home she is trying to make sense of. As the weather gets dryer, Elin and Bunga experience the heat at the hire frontier where ideas, myths, feelings, and practices pertaining to flaming landscape collide and overlap. Based on ethnographic research, Smoldering engages with the multifaceted fire governance at the village level, depicting the everyday realities amid burning forests, declining livelihoods, and devastating hre policies.
Selama ini kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selalu dinarasikan dalam statistik megah di media: luasan lahan, jumlah penduduk yang terpapar, angka penderita ISPA dan runtutan angka tanpa wajah lainnya. Film animasi Ignited berupaya memberikan wajah pada deretan angka tersebut, memotret potongan kehidupan dari sudut pandang penduduk, khususnya para ibu dan istri. Film ini memberikan gambaran adaptasi hidup dan keprihatinan di tengah kungkungan asap, memastikan rumah mereka menjadi tempat tinggal, bukan sekedar sepetak lahan dengan ukuran dalam meter persegi.
El Nino telah menjadi momok musiman dalam konteks krisis iklim yang kian meluas. Ketimbang melihat dampak El Nino terhadap kebakaran hutan dan ladang secara umum di Kalimantan Tengah, film ini menangkap kerja-kerja dari subjek-subjek yang spesifik dalam situasi krisis. Yaitu kerja-kerja yang seringkali luput dalam narasi-narasi besar kebijakan tentang mitigasi bencana di Indonesia.